PGMI - Menjadi guru profesional di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) merupakan tantangan tersendiri sebagai calon guru. Tidak hanya tentang berapa besar gaji yang didapat, namun tentang kegigihan dan pengabdian guru untuk ditempatkan di daerah terpencil.
Hal ini dikatakan oleh Ketua Prodi PGMI, Mufatihatut Taubah pada pembukaan kuliah tamu online yang bertema “Melihat Peluang dan Tantangan Pembelajaran IPA di Daerah 3T sebagai Bekal Calon Guru yang Profesional”. Dihadiri sebanyak 257 mahasiswa PGMI angkatan 2018 dan mahasiswa umum, kuliah tamu online diselenggarakan di grup Whatsapp, Selasa (05/05/20).
Menurut Mufa, guru profesional adalah guru yang selalu memperbaiki diri, mencerdaskan siswa, dan melakukan pengorbanan untuk kemajuan siswanya, termasuk mengajar di daerah daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) di Indonesia.
“Yang terpenting ilmunya bisa bermanfaat dan barokah sebagai bekal saat kita meninggal nanti.” Katanya.
Mufa Melanjutkan, ada empat indikasi suatu daerah dikatakan sebagai daerah 3T, diantaranya rendahnya kualitas pendidikan, kurang meratanya aliran listrik, kualitas kesehatan yang minim, dan rendahnya pertumbuhan ekonomi.
“Letak yang jauh dari ibukota menjadikan pertumbuhan ekonomi terhambat sehingga infrastruktur tidak merata, seperti daerah Nusa Tenggara Timur.” Jelasnya.
Pemateri utama, Pegiat Pendidikan dan Guru IPA Berprestasi, Musa Dimyati menjelaskan sampai saat ini masih banyak sumber daya alam yang melimpah di daerah NTT yang belum terkelola dengan baik. Hal ini karena minimnya pengetahuan dan belum meratanya pendidikan di daerah tersebut.
“Sumber daya alam di NTT harus dimanfaatkan. Seperti hasil perkebunan yang bisa diolah lagi sehingga tidak dijual murah.” Ungkapnya.
Menurut Musa, ada banyak faktor menghambat pembelajaran IPA di daerah 3T seperti sarana prasarana yang terbatas, lemahnya kemampuan dasar membaca dan matematika, serta pembelajaran yang masih berpusat pada guru.
“Transportasi yang kurang, jaringan internet dan aliran listrik yang belum merata, dan sarana prasarana masih minim.” Jelasnya.
Musa berpesan kepada peserta diskusi agar tantangan mengajar di daerah NTT dijadikan sebagai motivasi untuk lebih semangat dan berkreativitas.
Melalui diskusi ini, dosen prodi PGMI, Arghob Khofya Haqiqi berharap mahasiswa mempunyai pandangan yang luas dan sebagai calon pendidik profesional yang siap ditempatkan dimana saja. (Ghea/nonik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar